Saya tahu, tidak semua pertanyaan itu berasal dari suatu sifat egoistis. Tapi saya pernah berpikir tentang suatu perasaan cinta yang menyiksa. Nah, pada saat itu, yang saya ingat yang ada di pikiran saya hanyalah diri saya sendiri. Pertanyaan besarnya adalah, mengapa saya telah dibuat tidak nyaman? mengapa saya telah dibuat tidak bahagia?
Padahal, pernahkah Anda berpikir bahwa seharusnya ketika kita sungguh-sungguh mencintai, yang menjadi fokus pikiran kita bukanlah diri kita sendiri, tapi orang yang kita cintai itu. Pertanyaannya bukan mengapa dia tak membuat saya bahagia, tapi apakah saya telah membuat dia bahagia?
Jika dipikirkan lebih jauh, tak mungkin ada rasa sakit hati ketika fokus pikiran kita adalah orang yang kita cintai. Katakanlah di sisi yang ekstrim, dia pergi dan mencintai orang lain. Maka, pikiran yang muncul akan menjadi seperti ini: dia tentu lebih bahagia dengan orang itu. Jika demikian, saya pun ikut bahagia.
Cemburu dan rasa sakit hati muncul karena sifat egoistis. Memang susah. Ketika kita mencintai, kita ingin mendapatkan kebahagiaan dari orang yang kita cintai. Dan bukan memberikan kebahagiaan kepada orang yang kita cintai.
Mungkin Anda berpikir tentang suatu jalan tengah, mengapa tidak begini: ketika kita mencintai seseorang, sebenarnya kita ingin diri kita dan orang yang kita cintai itu sama-sama bahagia. Betul, tapi jika dipikirkan lebih jauh, Anda akan selalu meminta jatah kebahagiaan Anda kepada orang yang Anda cintai. Terutama jika keseimbangan itu mulai bergeser menjauh dari Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar